Makalah Pencemaran udara oleh Karbon monoksida
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Secara umum terdapat 2 sumber pencemaran udara yaitu pencemaran akibat sumber alamiah (natural sources), seperti letusan gunung berapi, dan yang berasal dari kegiatan manusia (aniropogenic sources), seperti yang berasal dari transportasi, emisi pabrik, dan lain-lain. Di dunia dikenal 6 jenis zat pencemar udara utama yang berasal dari kegiatan manusia yaitu : Karbon monoksida (CO), Oksida. Sulfur (Sox),Nitrogen Oksida(NOx), Partikulat, Hidrokarbon (HQ, Oksida foto kimia Ozon.
Di Indonesia sekarang ini kurang lebih 70% pencemaran udara di sebabkan emisi kendaraan bermotor kendaraan bermotor mengeluarkan. zat-zat berbahaya yang dapat menimbulkan dampak. negative, baik terhadap kesehatan manusia maupun terhadap lingkungan, seperti timbale/timah hitam (Pb) Kendaraan bermotor menyumbang hampir 100% timbal.
Masyarakat miskin di Jakarta sangat dirugikan oleh pencemaran udara mereka dipastikan banyak menderita berbagai macam penyakit. Namun sebaliknya masyarakat kalangan atas terhindar dari serangan pencemaran udara ini karena dapat tinggal di rumah yang tertutup, terlindung dari pencemaran udara (dengan air condition terpasang dalam gedung mereka. atau mengendarai mobil tertutup dengan AC yang sejuk). Para pengemudi bis umum sendiri terserang oleh pencemaran udara karena mereka bersama-saina dengan masyarakat miskin lainnya berada di udara terbuka penuh dengan udara. Beracun,contohnya karbon monoksida,
Karbon monoksida pertama kali dihasilkan oleh kimiawan Perancis de Lassone pada tahun 1776 dengan memanaskan seng oksida dengan kokas. Dia menyimpulkan bahwa gas yang dihasilkan adalah hidrogen karena ketika dibakar ia menghasilkan lidah api berwarna biru. Gas ini kemudian diidentifikasi sebagai senyawa yang mengandung karbon dan oksigen oleh kimiawan Inggris William Cumberland Cruikshank pada tahun 1800.
Sifat-sifat CO yang beracun pertama kali diinvestigasi secara seksama oleh fisiolog Perancis Claude Bernard sekitar tahun 1846. Dia meracuni beberapa anjing dengan gas tersebut, dan mendapatkan bahwa darah anjing-anjing tersebut berwarna lebih merah di seluruh pembuluh darah.
Selama Perang Dunia II, karbon monoksida digunakan untuk menjaga kendaraan bermotor tetap berjalan di daerah-daerah yang kekurangan bensin. Pembakar batu-bara atau kayu dipasangkan, dan karbon monoksida yang diproduksi dengan gasifikasi dialirkan ke karburetor. CO dalam kasus ini dikenal sebagai "gas kayu". Karbon monoksida juga dilaporkan digunakan dalam skala kecil selama Holocaust di beberapa kamp eksterminasi Nazi dan di program "eutanasia" Aksi T4.
1.2.Tujuan
1.2.1.Tujuan Umum
1. Bagi (Fakultas Kesehatan Masyarakat) kiranya ini ada manfaatnya untuk menambah koleksi hasil penulisan dan sekaligus memberikan kontribusi bagi pengembangan akademik
2. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa
1.2.2.Tujuan Umum
1. Sebagai Tugas salah satu mata kuliah kesehatan Lingkungan
2. Bahan bacaan mahasiswa fakultas kesehatan masyrarakat
BAB II
TINJAUANA PUSTAKA
2.1.Definisi Pecemaran udara oleh Pebentukan Karbon Monoksida
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pembentukannya Karbonmonoksida (CO) adalah suatu komponen tidak berbau, berwarna, dan tidak mempunyai rasa yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas -1920C. komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak larut di dalam air. Karbonmonoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu proses sebagai berikut:
1. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
2. Reaksi antara karbondioksida dean komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi.
3. Pada suhu tinggi, karbondioksida terurai menjadi karbonmonoksida dan oksigen
.Secara alamiah CO diproduksi oleh hydrozoa (siphonophores), suatu mahluk laut juga oleh reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam atmosfer Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbondioksida. Pembentukan karbon monoksida hanya terjadi jika reaktan yang ada terdiri dari karbon dan oksigen murni. Jika yang terjadi adalah pembakaran komponen yang mengandung karbon di udara, prosesnya lebih kompleks dan terdiri dari beberapa tahap reaksi.
2.2. Penyakit Yang Disebabkan oleh Kabon Monoksida
a.Keracunan Hemoglobin
b.Penyakit Jantung koroner dan Paru paru
c.Tekanan darah
d.Mengurangi fungsi oksigenasi jaringan dan plasental pada ibu hamil
2.3.Cara penularan
Karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan dengan cara bersaing dengan oksigen untuk melakukan ikatan pada hemeprotein pembawa oksigen (hemoglobin, mioglobin, sitokrom C oksidase, sitokrom P-450). Afinitas karbon monoksida terhadap hemeprotein bervariasi, mulai dari 30 sampai 500 kali lebih kuat dibandingkan afinitas oksigen, tergantung pada hemeproteinnya. Disamping itu, lebih kuatnya afinitas hemoglobin terhadap karbon monoksida menyebabkan dengan adanya karboksihemoglobin mengganggu afinitas oksigen terhadap hemoglobin dengan menggeser kurva disosiasi oksihemoglobin ke kiri sehingga mengurangi pelepasan oksigen ke jaringan. Hipoksia jaringan yang dihasilkan lebih hebat dibandingkan dengan yang akan dihasilkan oleh anemia dengan derajat yang sama. Diyakini bahwa karbon monoksida memiliki efek toksik langsung pada tingkat seluler dengan cara mengganggu respirasi mitokondria, disebabakan karena karbon monoksida terikat pada kompleks sitokrom oksidase. Berbeda dengan hemoglobin, afinitas sitokrom oksidase lebih kuat terhadap oksigen. Akan tetapi selama anoksia seluler, karbon monoksida dapat terikat. Pada saat oksigen dari udara kembali ada maka pemindahan karbon monoksida menjadi lambat.
Persentase saturasi karbon monoksida didefinisikan sebagai persentase hemoglobin digabung dengan karbon monoksida dalam bentuk karboksihemoglobin. Oleh karena afinitas hemoglobin yang lebih kuat terhadap karbon monoksida, meskipun hanya dengan konsentrasi rendah di udara dapat menghasilkan saturasi darah yang sangat tinggi dengan gas ini. Dengan konsentrasi 0,5 sampai 1% (5000 – 10000 bagian per juta) di udara dapat menghasilkan tingkat saturasi karboksihemoglobin sebesar 75% dalam 2 sampai 15 menit. Kelembaban, suhu lingkungan yang tinggi, pada daerah ketinggian dan aktifitas fisik akan meningkatkan kecepatan respirasi, dan juga absorpsi karbon monoksida. The Occupational Safety and Health Administration (OSHA) menganjurkan batas keterpaparan maksimum yang dapat diterima adalah 35 ppm selama 8 jam. Untuk alasan keamanan, para pekerja yang terpapar karbon monoksida seharusnya tidak pernah memiliki kadar karboksihemoglobin darah diatas 5%. Dalam praktiknya, hal ini tidak selamanya dapat dilakukan. Jika seorang yang bukan perokok memiliki kadar karboksihemoglobin 1 - 3%, para perokok seringkali memiliki kadar “normal” karboksihemoglobin 5 – 6%, biasanya mencapai 10% dan kadang dapat melebihi 15%. Kadar karboksihemoglobin sebesar 10 – 14 % sudah pernah ditemukan pada pemadam kebakaran setelah memadamkan kebakaran. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (sampai 13%) dapat juga ditemukan pada polisi yang bertugas di terowongan atau pekerja-pekerja di bengkel dimana kendaraan bermotor dihidupkan, atau juga jika seseorang adalah perokok.
BAB III
KASUS
3.1. Kematian Akibat gas Kanlpot Kendaraan Bermotor
Setelah kebakaran, sumber karbon monoksida kedua tersering yang bersifat fatal adalah inhalasi asap knalpot mobil. Kebanyakan kematian akibat hal ini adalah karena bunuh diri, tetapi dapat juga akibat kecelakaan. Hal ini hampir semata-mata disebabkan karena adanya kerusakan pada mesin, meskipun kematian sudah pernah terjadi pada saat mobil terjebak di salju. Beberapa kematian pernah terjadi ketika mesin sedang bergerak, dan beberapa lagi dengan kondisi jendela mobil terbuka sebagian (2-4 inchi). Jarang ditemukan kematian yang tiba-tiba terjadi saat sebuah mobil mulai dihidupkan dan dibiarkan hidup di garasi untuk pemanasan sementara pengemudinya kembali ke rumah. Karbon monoksida dari knalpot kemudian masuk ke dalam rumah dan membunuh penghuninya. Kadang-kadang seseorang melakukan bunuh diri di garasi dengan cara membiarkan mobil tetap hidup, dan pada saat yang bersamaan juga membunuh penghuni rumah lainnya secara perlahan-lahan
3.2.Kematian di luar ruangan akibat Karbon Monoksida
DiMaio dan Dana melaporkan tiga kasus kematian akibat menghirup karbon monoksida dari gas knalpot mobil ketika berada di luar ruangan. Konsentrasi karboksihemoglobin korban berkisar dari 58% (pada korban yang sudah membusuk) sampai 81%. Seluruh korban ditemukan tergeletak dekat dengan pipa knalpot mobil. Dua meninggal karena bunuh diri. Kasus ini menggambarkan kenyataan bahwa meskipun di luar ruangan, kematian karena menghirup karbon monoksida dapat terjadi jika seseorang dekat dengan sumber karbon monoksida dalam jangka waktu yang lama.
3.3.Kematian karena Karbon Monoksida selain asap Kanlpot
Bongkahan arang dibuat untuk membara, tidak terbakar oleh nyala api. Pembakaran tidak sempurna yang sedang berlangsung menghasilkan karbon monoksida. Dengan demikian, jika panggangan digunakan di lingkungan yang tidak udara seperti rumah, garasi, rumah gandeng, tenda, atau bahkan di teras, kematian dapat disebabkan oleh karbon monoksida yang dihasilkan dalam jumlah besar. Adakalanya, orang yang tinggal di luar rumah akan menggunakan bongkah arang untuk menjaga supaya tetap hangat. Hal ini telah menghasilkan sejumlah keracunan karbon monoksida yang fatal. Keracunan karbon monoksida juga pernah terjadi secara alami dan pemanasan gas butan yang diikuti peningkatan lapisan karbon, diakibatkan pembakaran gas yang tidak sempurna.
Karbon monoksida dapat juga masuk ke dalam tabung udara penyelam. Dalam hal ini, karbon monoksida dikeluarkan oleh kompressor pendorong berbahan bakar bensin yang mungkin saja secara kebetulan tersedot dan bercampur dengan udara yang akan dipompa ke dalam tangki udara alat selam.
Karbon monoksida dapat juga masuk ke dalam tabung udara penyelam. Dalam hal ini, karbon monoksida dikeluarkan oleh kompressor pendorong berbahan bakar bensin yang mungkin saja secara kebetulan tersedot dan bercampur dengan udara yang akan dipompa ke dalam tangki udara alat selam.
BAB IV
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
1. Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara maka ditetapkan baku mutu udara, yaitu baku mutu udara ambient dan baku mutu emisi.
2. Pada suhu tinggi dapat merangsang karbonmonoksida dan oksigen.
3. Oksidasi tidak lengkap terhadap karbon dan komponen yang mengandung karbon terjadi jika jumlah oksigen yang tersedia kurang dari jumlah yang dibutuhkan untuk pembakaran sempurna dimana dihasilkan karbondioksida.
4. Konsentrasi CO di udara pada tempat tertentu dipengaruhi oleh emisi (pelepasan) CO di udara dan kecepatan disperse (pembersihan) CO dari udara.
5. Konsentrasi CO di udara yang jarang mencapai 100 ppm, pengaruh CO pada tanaman tidak nyata.
6. Pengaruh beracun CO pada tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan hemoglobin di dalam darah.
7. Berbagai jenis fungi (penicillium dan aspergillus) dan berbagai jenis bakteri dapat menghilangkan CO dari udara.
4.2.Saran
1. Melakukan pemeriksaan emisi dan perawatan mesin kendaraan bermotor secara berkala
2. Minta pada mekanik bengkel agar kadar CO dalam emisi gas buang kendaraan selalu memenuhi persyaratan yang ditetapkan pemerintah
3. Menggunakan alat tambahan catalytic converter yang dapat menurunkan kadar CO sampai sekitar 90%
4. Menjaga sistem ventilasi dan sirkulasi dalam ruang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=keracunan-karbon- monoksida.html&Itemid=314