makalah peran komunikasi dalam menuju indonesia sehat


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang

     Ada dua persepsi berbeda yang cukup menarik ketika kita mendengar ungkapan atau semboyan “Menuju Indonesia Sehat”, pertama adalah jelas bahwa di tahun 2010 diharapkan mayoritas penduduk Indonesia berada pada kondisi sehat dalam konteks kesehatan pada umumnya baik lahir maupun batin, dan kedua adalah di tahun 2011 nanti Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi sebuah negara yang sehat dan kuat sehingga dapat melindungi dan mensejahterakan seluruh penduduknya dalam pemenuhan hak-hak Sipol (sipil dan politik) dan juga hak-hak Ekosob (ekonomi, sosial, dan budaya), namun para perawat di Indonesia tetap dapat berperan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki walau apapun persepsinya, namun dalam tulisan ini saya akan lebih banyak membahas peran perawat dari perspektif yang pertama yaitu dalam konteks kesehatan.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai peran komunikasi dalam  menuju Indonesia yang sehat, sangat baik bila kita lebih dulu mengetahui definisi dari sehat itu sendiri. Setiap individu memiliki pengertian dan persepsi yang berbeda mengenai sehat. Pada masa lalu sebagian besar individu dan masyarakat memandang kesehatan yang baik atau kesejahteraan sebagai suatu kondisi kebalikan dari penyakit atau kondisi tidak adanya penyakit (Potter dan Perry, 1997). Namun dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan kompleksnya pemahaman tentang kesehatan dengan berbagai pendekatan, saat ini pengertian sehat mulai dipandang dengan perspektif yang semakin luas. Aspek sehat menjadi lebih luas antara lain dengan memasukkan elemen-elemen seperti rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, jaringan dukungan sosial yang kuat, rasa berarti dalam hidup, atau tingkat kemandirian tertentu (Haber, 1994).

     Neuman (1990) berpendapat bahwa “sehat dalam suatu rentang adalah tingkat sejahtera klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam rentang dari kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian, yang menandakan habisnya energi total.” Model ini disebut dengan model kontinum sehat sakit yang menyatakan bahwa sehat bersifat dinamis yang berubah setiap waktu sesuai dengan adaptasi individu terhadap berbagai perubahan eksternal maupun internal yang bertujuan untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektual, perkembangan, sosial, dan spiritual.


1.2.Rumusan masalah
1.      Memahami peran komunikasi dalam menuju masyarakat Indonesia sehat
2.      Rancangan menuju Indonesia sehat 2015

1.3.Tujuan
1.    Bagi mahasiswa sebagai pedoman tentang menuju Indonesia sehat 2015
2.    Sebagai salah satu tugas
3.    Untuk akademik sebagai bahan referensi pustaka



BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Peran Komunikasi dalam menuju Indonesia sehat

Memasuki tahun 2015 Indonesia belum menunjukkan hasil yang memuaskan dalam rangka meningkatkan taraf kesehatan masyarakat. Program Indonesia Sehat 2015 belum menjadi pedoman yang mampu mendorong tercapainya kesejahteraan masyarakat tersebut. Ditinjau dari Indeks Pembangunan Manusia atau HDI (Human Development Indeks) terdapat tiga indikator yang mempengaruhi antara lain pendidikan, kesehatan dan ekonomi.
Berdasarkan data yang ada, masyarakat Indonesia mengalami gejolak naik turun dalam tingkatannya di bidang kesehatan. Indikator yang ada membuktikan bahwa ada empat hal di bidang kesehatan yang mempengaruhi yakni IMR (Infant Mortality Rate IMR), MMR (Maternal Mortality Rate), gizi kurang balita dan umur harapan hidup yang mempengaruhi tingkat kesehatan di Indonesia.
Di samping itu, peran serta dari pemerintah dan masyarakat, petugas pelayanan kesehatan juga mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat ini. Sehingga diperlukan kebijakan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan selalu aktif dengan melibatkan semua pihak, pemerintah dan masyarakat.
Indonesia Sehat 2015 tidak hanya memerlukan upaya kuratif (pengobatan-pengobatan klinis untuk mengobati seorang yang sakit) saja tapi diharapkan mampu mengurangi angka kesakitan yang timbul di masyarakat dengan usaha pencegahannya (upaya preventif). Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kebijkan kesehatan semata, tetapi juga didukung oleh pelayanan kesehatannya. Seperti peran serta tenaga medis dan tenaga penyuluh. Dewasa ini sebagai seorang Sarjana Kesehatan Masyarakat hendaknya mampu berkontribusi secara optimal dalam masyarakat dengan tanpa melupakan andil dari masyarakat. Sehingga SKM dalam porsi ini memberi contoh, petunjuk dan memberi pembelajaran dalam masyarakat melalui kemampuannya dalam berinteraksi dengan dasar ilmu kesehatan kepada seluruh kalangan masyarakat.
Seorang dosen peminatan PKIP (Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku) Dr.Laksmono Widagdo, SKM, MHPED berpendapat bahwa Indonesia Sehat 2010 sudah cukup baik sebab sudah memiliki tujuan yang jelas. Beliau mengungkapkan tidak menjadi masalah jika terdapat acuan waktu dalam program ini sebab tidak akan mungkin menciptakan kesehatan di masyarakat secara instan. Realisasi Indonesia sehat 2015 ini dapat dilihat dari pola hidup masyarakat seperti yang terjadi di desa siaga daerah Mojokerto. Masyarakatnya sudah menekankan budaya bebas rokok. Selain itu, jumlah ibu-ibu hamil yang memeriksakan kandungannya ke puskesmas mengalami peningkatan.
Dari pola hidup yang sudah terbentuk, dapat dianalisis faktor-faktornya antara lain perubahan perilaku dari masyarakat, keadaan lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Mengubah mindset individu akan lebih mudah dan lebih cepat dibanding dengan mengubahnya dalam skala kelompok. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara memotivasi masyarakat seperti mempengaruhi, memberi sugesti berupa ucapan dan perilakunya, serta berusaha mengubah perilakunya. Namun hal ini juga hendaknya disertai dengan contoh konkrit dari peran serta SKM itu sendiri agar masyarakat juga percaya dan termotivasi untuk mengikuti.

Dalam lingkup ini, peran serta pemerintah sebagai penyedia dana, pengembang ilmu dan penyedia pelayanan kesehatan sangat berperan penting. Menyediakan alokasi dana untuk membantu perluasan promosi ke daerah-daerah, memperbaiki pendidikan dan ilmu perilaku guna memperbanyak tenaga penyuluhan, dan menyediakan pelayanan kesehatan yang lebih bermutu. Usaha pelaksanaan program Indonesia Sehat 2015  ini erat kaitannya dengan tenaga SKM sebagai tenaga penyuluh yang diharapkan mampu menduduki maupun memperluas jaringannya di bidang advokasi. Sehingga diharapkan mampu mempengaruhi kalangan atas (pejabat pemerintahan). Selain itu, pemerintah dituntut mampu bekerja sama dengan masyarakat dan pelayanan kesehatan itu sendiri dengan mengoptimalkan peran serta SKM di bidang pendidikan dan promosi kesehatan baik dalam manajemen maupun pelayanan kesehatannya. Melalui upaya tersebut, SKM yang nantinya sebagai ahli pendidikan ilmu perilaku dan promosi kesehatan akan memiliki cara-cara terbaik dalam masyarakat. Singkatnya, dari hasil wawancara dengan Pak Laks, sapaan akrab beliau, menyatakan bahwa Indonesia sehat 2015 belum bisa dicapai dengan baik karena upaya yang belum maksimal.
Sedangkan menurut Budiyono SKM,Mkes, program Indonesia Sehat 2015 belum bisa dipastikan berhasil atau tidaknya. Data yang diberikan menunjukkan bahwa peningkatan kualitas dari kesehatan benar adanya, dari tahun 2006 misalnya angka IMR (Infant Mortality Rate) per 1000LH menurun dari 30,8 menjadi 26,9 pada tahun 2007, MMR (Maternal mortality Rate) per 1000LH 253 menjadi 228 dan gizi kurang balita dari 23,6 % menjadi 18,4% sedangkan untuk Umur Harapan Hidup (tahun) meningkat dari 69,4 menjadi 70,5. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan masyarakat, khususnya ibu dan bayi sudah meningkat dengan menurunnya kematian anak dan ibu. Sedangkan presentase umur harapan hidup menunjukkan bahwa semakin meningkatnya harapan hidup bagi ibu dan anak. Akan tetapi, jika ditinjau lebih lanjut, pelayanan kesehatan yang sekarang ini belum sepenuhnya mendukung, sehingga pemerintah perlu melakukan beberapa program untuk peningkatan pelayanan kesehatan seperti penguatan manajemen rumah sakit dan peningkatan SDM.
Fungsi SKM menurut Pak Budiyono dalam penyelenggaraan Indonesia Sehat 2015, masih terlalu kompleks sehingga peran SKM belum optimal. Seharusnya SKM bekerja sama dengan pemerintah dalam upaya distribusi tenaga SKM ke tempat-tempat yang membutuhkan. Bukan hanya pihak pemerintah melainkan pihak swasta juga ikut berperan. Misalnya, dalam aspek kesehatan dan keselamatan kerja, peran SKM belum cukup dipertimbangkan. Pemerintah juga sebaiknya memberi distribusi berupa lapangan kerja, pendidikan yang bermutu dan lain sebagainya mengingat sudah banyak sarjana kesehatan masyarakat yang tersedia sekarang ini. Usaha promosi dan pervensi juga diharapkan dapat mencakup semua bidang.
Evaluasi yang terkait dengan realisasi Indonesia Sehat 2015 ini belum dapat dianalisis sebab 2010 belum mencapai akhir tahun, sehingga program ini masih berlanjut. Beliau berharap SKM sebagai tenaga yang berkualitas, mampu menduduki jabatan di legislatif sehingga usaha untuk mencapai tujuan yang baik akan terlaksana sesuai dengan indikator HDI.
Dari pelaksanaan program Indonesia Sehat 2015, ada beberapa hal yang belum dapat terpenuhi. Seperti belum terpenuhinya pelayanan kesehatan masyarakat, belum optimalnya peran serta tenaga penyuluh kesehatan serta perilaku dan pola hidup masyarakat yang kurang baik, serta kurangnya kerja sama pemerintah dengan berbagai kalangan di bawah terutama masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu perlu adanya hubungan yang berkesinambungan antara pihak-pihak terkait dan usaha untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.






















BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
     Indonesia Sehat 2015 tidak hanya memerlukan upaya kuratif (pengobatan-pengobatan klinis untuk mengobati seorang yang sakit) saja tapi diharapkan mampu mengurangi angka kesakitan yang timbul di masyarakat dengan usaha pencegahannya (upaya preventif). Keberhasilan pembangunan kesehatan tidak hanya ditentukan oleh kebijkan kesehatan semata, tetapi juga didukung oleh pelayanan kesehatannya.
3.2.Saran
            Untuk mewujudkan Indonesia sehat komunikasi harus di terapkan agar dapa terbentuk hubungan baik antara petugas kesehatan dengan masyarakat













Daftra pustaka

1.      Departemen Kesehatan Republik Indonesia. “Visi Pembangunan Kesehatan: Indonesia Sehat 2015.” http://www.depkes.go.id/indonesiasehat.html (16 Feb. 2008)

2.      Haber, D. (1994). Health promotion and aging. New York: Springer.

3.      http://fkmutu.blogspot.com

 




Popular posts from this blog

Makalah Sejarah ilmu Gizi

Penilaian Program Kesehatan

CONTOH PROPOSAL DIARE ( TELAH DI ACC )