PENYAKIT
Pengertian Penyakit
Menurut UU Pokok Kesehatan No.9
tahun 1960, Bab I Pasal 2; Kesehatan meliputi jasmani, rohani (mental), dan
sosial, bukan semata-mata keadaan bebas penyakit, cacat, dan kelemahan.
Pengertian sehat menurut WHO
adalah terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, psikis (jiwa) atau
emosional, intelektual, dan sosial. Dari pengertian tersebut, dengan demikian
sakit dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi cacat atau kelainan yang
disebabkan oleh gangguan penyakit, emosional, intelektual, dan sosial. Dengan
kata lain, sakit adalah adanya gangguan jasmani, rohani, dan/atau sosial
sehingga tidak dapat berfungsi secara normal, selaras, serasi, dan seimbang.
Berdasarkan hal itu, maka penyakit dapat dibedakan menjadi penyakit tidak menular
dan penyakit menular.
Dalam pengertian medis, penyakit
menular atau penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh agen biologi
(seperti virus, bakteria atau parasit), bukan disebabkan faktor fisik (seperti
luka bakar) atau kimia (seperti keracunan). Untuk Negara yang sedang
berkembang, penyakit infeksi seperti TBC, tetanus, kolera dan penyakit menular
lainnya merupakan penyebab utama kematian penduduk. Penyakit yang tidak
disebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan karena adanya problem fisiologis atau
metabolisme pada jaringan tubuh manusia. Sedang untuk Negara yang sudah
berkembang, penyebab utama kematian pada umumnya ialah penyakit jantung,
pembuluh darah dan kanker.
Mekanisme
Terjadinya Penyakit
Mekanisme terjadinya penyakit
melibatkan berbagai faktor antara lain: penyebab penyakit (agen), induk semang
(hospes), dan lingkungan yang dikenal dengan penyebab majemuk suatu penyakit (multiple
causation of disease) sebagai lawan dari penyebab tunggal (single
causation of disease).
Penyebab
Penyakit
Sumber infeksi adalah semua
benda termasuk orang atau binatang yang dapat melewatkan atau menyebabkan
penyakit pada orang lain. Sumber penyakit ini mencakup juga reservoar seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Sumber penularan ialah induk semang penyakit
baik manusia atau hewan yang dapat mengeluarkan benih-benih penyakit dan
menularkan penyakit-penyakit tersebut kepada orang lain. Sumber penularan harus
dibedakan dari sumber penyakit. Manusia sebagai sumber penularan. Orang yang
menderita penyakit typhus, dalam darah, air kencing dan kotorannya, terdapat
basil-basil typhus. Kotoran-kotoran dan air kencing yang mengandung basil-basil
typhus tersebut dapat membahayakan kesehatan orang-orang yang tinggal
disekitarnya. Keterangan: lalat suka sekali hinggap di tempat-tempat yang
kotor, najis-najis dan lain-lain. Pada waktu lalat itu hinggap pada najis yang
mengandung basil-basil typhus, maka akan melekat pada kakikakinya najis
tersebut beserta basil-basil itu. Dari najis lalat hinggap ke lain-lain tempat,
antara lain ke makanan, piring, cangkir dan lain-lain. Bila orang makan makanan
yang sudah mengandung basil-basil tersebut, maka mungkin orang itu akan
kejangkitan penyakit typhus. Demikianlah keterangan orang yang sakit typhus
sebagai sumber penularan.
Hewan sebagai sumber penularan.
Contoh hewan yang bersifat sebagai sumber penularan antara lain: tikus yang
kejangkitan penyakit pes. Sebenarnya penyakit pes itu bukan penyakit manusia,
melainkan penyakit-penyakit hewan mengerat pada umumnya dan penyakit tikus pada
khususnya. Dalam darah tikus yag menderita pes terdapat basil-basil pes.
Pinjal-pinjal yang hidup pada pemukaan tubuh tikus hidupnya dari darah tikus
yang ditempati. Pada waktu pinjal-pinjal itu menghisap darah si tuan rumah,
turut pula ke dalam tubuh pinjal itu basil-basil pes. Bila tikus itu mati, maka
sumber makanan bagi pinjal-pinjal itu tentunya akan hilang. Dicarinya sumber
makan lain,yaitu tikustikus lain. Pinjal itu berpindah ke tikus-tikus ini dan
hidup dari darahnya. Pada waktu menghisap darahnya, masuklah basil-basil pes
yang sudah terdapat dalam tubuh pinjal-pinjal itu. Dengan demikian, penyakit
pes menjalar dari tikus satu ke tikus yang lain. Bila karena suatu hal
pinjal-pinjal yang sudah mengandung basilbasil pes ini menggigit manusia, maka
orang mungkin akan kejangkitan penyakit pes.
Induk semang
(hospes)
Induk semang atau hospes (host)
adalah makhluk hidup dimana penyebab penyakit hidup dan berkembang biak.
Terjadinya suatu penyakit (infeksi) pada seseorang ditentukan pula oleh
faktorfaktor yang ada pada induk semang itu sendiri. Dengan perkataan lain
penyakit-penyakit dapat terjadi pada seseorang tergantung ditentukan oleh
kekebalan resistensi orang yang bersangkutan.
Agar supaya agen atau penyebab
penyakit menular tetap dapat meneruskan kehidupannya, maka perlu
persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Berkembang biak
2. Bergerak atau berpindah dari
induk semang
3. Mencapai induk semang baru
4. Menginfeksi induk semang baru
tersebut.
Kemampuan agen penyakit ini
untuk tetap hidup pada lingkungan manusia adalah suatu faktor penting didalam
epidemiologi infeksi. Setiap bibit penyakit (penyebab penyakit) mempunyai
habitat sendiri-sendiri sehingga ia dapat tetap hidup. Dari sini timbul istilah
Reservoar
Reservoar (sumber penyakit) yang
diartikan sebagai berikut :
1. Tempat bibit penyakit
melangsungkan kehidupan dan berkembang-biak.
2. Survival dimana bibit
penyakit tersebut sangat tergantung pada habitat sehingga ia dapat tetap hidup.
Reservoar tersebut dapat berupa manusia, binatang atau bendabenda mati.
Hewan sebagai reservoar
Penyakit-penyakit yang mempunyai
reservoar pada binatang pada umumnya adalah penyakit zoonosis. Zoonosis adalah
penyakit pada binatang yang dapat menular pada manusia. Penularan
penyakit-penyakit pada binatang ini melalui berbagai cara, yakni :
1. Orang makan daging binatang
yang menderita penyakit, misalnya cacing pita.
2. Melalui gigitan binatang
sebagai vektornya, misalnya pes melalui pinjal tikus, malaria, filariasis,
demam berdarah melalui gigitan nyamuk.
3. Binatang penderita penyakit
langsung menggigit orang misalnya rabies.
4. Benda-benda mati sebagai
reservoar. Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar pada benda-benda mati
pada dasarnya adalah saprofit hidup dalam tanah. Pada umumnya bibit penyakit
ini berkembang biak pada lingkungan yang cocok untuknya. Oleh karena itu bila
terjadi perubahan temperatur atau kelembaban dari kondisi dimana ia dapat hidup
maka ia berkembang biak dan siap infektif. Contoh: Clostridium tetani penyebab
penyakit tetanus, C. botulinum penyebab keracunan makanan dan
sebagainya.
5. Manusia sebagai reservoar.
Penyakit-penyakit yang mempunyai reservoar didalam tubuh manusia antara lain
campak (measles), cacar air (small pox), typhus, miningitis, gonorhoea
dan syphilis. Manusia sebagai reservoar dapat menjadi kasus yang aktif dan
carrier.
Carrier
Ada suatu keadaan, yakni
seseorang sehat-sehat kelihatannya, dapat bekerja biasa, tetapi dari tubuhnya
selalu atau seringsering keluar benih-benih penyakit. Orang seperti itu tentu
sangat berbahaya bagi masyarakat sekelilingnya. Orang yang demikian disebut
pembawa basil atau carrier. Untuk mengetahui orang seperti itu tidak mudah;
biasanya diketemukan secara kebetulan saja.
Carrier adalah orang yang
mempunyai bibit penyakit di dalam tubuhnya tanpa menunjukkan adanya gejala
penyakit tetapi orang tersebut dapat menularkan penyakitnya kepada orang
lain.
Convalescant carriers adalah orang yang masih mengandung bibit penyakit setelah sembuh
dari suatu penyakit. Carriers memegang peran sangat penting dalam epidemiologi
penyakit-penyakit polio, typhoid, meningococal meningitis dan amoebiasis.
Pembawa basil atau carrier ialah orang yang selalu atau sering-sering
mengeluarkan benih-benih penyakit dari tubuhnya, sedangkan ia sendiri tidak
menunjukkan gejala-gejala menderita penyakit tertentu. Orang yang sudah sembuh
dari penyakitnya dan untuk beberapa waktu tertentu masih mengeluarkan
basil-basil penyakit dari dalam tubuhnya, disebut juga pembawa basil. Ada dua
macampembawa basil, yakni:
1. Pembawa basil tulen (yakni
orang yang sama sekali tidak sakit, tetapi dari tubuhnya selalu atau
sering-sering mengeluarkan benih-benih penyakit).
2. Pembawa basil setelah sembuh
dari penyakit. Jadi setelah orang itu sembuh dari penyakitnya, untuk beberapa
waktu berikutnya ia masing mengeluarkan benih-benih penyakit dari tubuhnya.
Antara yang pertama dan yang
kedua mana yang lebih berbahaya bagi orang-orang di sekitarnya?Hal ini
disebabkan karena :
1. Jumlah (banyaknya carriers
jauh lebih banyak daripada orang yang sakitnya sendiri).
2. Carriers maupun orang yang
ditulari sama sekali tidak tahu bahwa mereka menderita / kena penyakit.
3. Carriers tidak menurunkan
kesehatannya karena masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari.
4. Carriers mungkin sebagai
sumber infeksi untuk jangka waktu yang relatif lama.
Hospes perantara
Hospes perantara adalah hewan
yang berperan menularkan suatu penyakit, dan agen penyebab penyakit tersebut
mengalami perkembangbiakan pada tubuh hewan tersebut. Sebagai contoh:
Nyamuk Anopheles sp.
menularkan malaria. Kucing menularkan penyakit Toxoplasmosis.
Vektor
melalui hewan perantara insekta,
hewan mengerat dsb. Penyakit yang ditularkan lewat vektor/perantara; malaria,
DHF.
Cara Penyakit
Masuk ke Dalam Tubuh
Tubuh yang sehat dapat diserang
oleh bermacam-macam penyakit dari berbagai jurusan. Suatu penyakit dapat
menular dari orang yang satu kepada yang lain melalui beberapa jalur penularan
(route of transmission). Penyakit-penyakit itu dapat masuk melalui :
permukaan kulit, jalan pernafasan, dan jalan pencernaan makanan. Mode penularan
adalah suatu mekanisme dimana agen penyebab penyakit tersebut ditularkan dari
orang ke orang lain atau dari reservoar kepada induk semang baru.
1. Saluran pernafasan
(Inhalasi)
Penularan penyakit melalui
saluran udara pernapasan. Oleh karena itu ventilasi rumah yang kurang,
berjejalan (over crowding) dan tempat-tempat umum adalah faktor yang
sangat penting didalam epidemiologi penyakit ini. Penyakit yang ditularkan
melalui udara ini sering disebut air borne infection (penyakit yang
ditularkan melalui udara). Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan
pernafasan: TBC paru-paru, influensa, pes, paru-paru, pneumonia, selesma,cacar,
penyakit lumpuh anak-anak dan lain-lain. Sebagai contoh: orang menderita
penyakit influensa pada waktu batuk, bersi atau berbicara, akan menyemprotkan
titik-titik getah rongga hidung atau mulut yang mengandung virus virus
influenza ke dalam udara. Bila ini masuk ke dalam jalan pernafasan (melalui rongga
hidung), maka mungkin akan terjadi penularan. Cara infeksi titik ludah (droplet
infection). Suatu kebiasaan yang baik dan patut ditiru ialah: bila batu
atau bersin memalingkan muka sambil menutup mulut dan hidung dengan tangan atau
sapu tangan.
Bila seorang penderita TBC
meludah ke lantai tau tanah, maka ludah yang mengandung basil-basil tbc akan
mengering dan lama kelamaan akan mendebu. Basil-basil dan debu akan
berterbangan dalam udara terbawa oleh angin. Bila ini masuk ke dalam jalan
pernapasan, maka mungkin sekali akan terjadi infeksi. Infeksi secara ini
disebut infeksi debu (airborne infection). Berludah di lantai adalah
kebiasaan yang buruk sekali. Untuk itu baiklah disediakan tempat-tempat
tertentu. Infeksi debu tidak seberapa jahat akibatnya, bila dibandingkan dengan
infeksi titik ludah. Hal ini disebabkan karena basil-basil yang jatuh ditanah
dilemahkan atau dilumpuhkan oleh terik cahaya matahari, sehingga virulensinya
berkurang. Saluran pernafasan: melalui udara pernafasan (terhirup), debu, bersin,
batuk. Penyakit yang ditularkan lewat saluran pernafasan: batuk rejan
(pertusis). TBC (tuberkulosis), radang paru (pneumonia), difteri, ISPA (infeksi
saluran pernafasan akut). Infeksi melalui udara meliputi: Penyakit-penyakit
seperti pilek-pilek, bronchitis, tbc, pes, paru-paru, influenza, menularnya
melalui udara.
Penularan macam ini ada 2 cara:
(1) Benih-benih penyakit terdapat dalam titik-titik cairan yang dikeluarkan
dari hidung atau mulut waktu penderita batuk, berbicara atau bersin; cara
infeksi ini disebut infeksi titik ludah (droplet infection). Benih-benih
penyakit itu mudah hilang dari udara, jatuh ke tanah karena beratnya. (2) Cara
yang ke-2 disebut infeksi debu (airbone infection). Pada cara ini benih-benih
penyakit terdapat di udara. Benih-benih itu asalnya dari benih-benih yang
terdapat dalam ludah yang sudah jatuh ke tanah dan mendebu. Karena sangat halus
dan ringannya, benih itu dapat berada dalam udara untuk sementara waktu.
Menurut penyelidikan yang akhir-akhir, sinarsinar ultra ungu dapat membunuh
benih-benih penyakit yang terdapat dalam udara itu. Ringkasan: Penularan
melalui udara ada 2 macam: infeksi titik ludah (droplet infection),
dan infeksi debu (airborne infection).
2. Saluran pencernaan
Bibit penyakikt masuk ke saluran
makanan melalui makanan atau minuman, alat makan yang tercemar.
Penyakit-penyakit yang masuknya melalui jalan pencernaan makanan antara lain
:typhus, cholera, dysentrie, paratyphus, A, B, dan C, penyakitpenyakit cacing,
keracunan makanan dan lain-lain. Basil-basil masuk ke dalam rongga mulut
bersama-sama dengan makanan dan minuman. Makanan-makanan yang sudah dihinggapi
lalat atau sudah bercampur dengan racun, dapat menyebabkan berjangkitnya
penyakit-penyakit tersebut di atas. Air minum yang tidak masak lebih dahulu pun
dapat merupakan bahaya bagi kesehatan. Penyakit yang ditularkan lewat saluran
makanan : disentri (basiler, amuba), hepatitis, kolera, tifus, cacingan,
toksoplasma, koksidia dsb.
3. Kulit
Penyakit-penyakit yang masuknya
melalui kulit: malaria, pes, penyakit anjing gila, tetanus, bisul-bisul,
penyakit cacing tambang, gonorrhoe, syphilis dan lain-lain. Tentang
penyakitpenyakit yang cara penularannya melalui kulit ada 2 macam: Kontak (Contact).
Kontak disini dapat terjadi kontak langsung maupun kontak tidak langsung
melalui benda-benda yang terkontaminasi. Penyakit-penyakit yang ditularkan
melalui kontak langsung ini pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup
berjubel. Oleh karena itu lebih cenderung terjadi di kota daripada di desa yang
penduduknya masih jarang.
1. Penularan karena hubungan
langsung (direct contact).
2. Penularan karena hubungan
tidak langsung (indirect contact).
Yang dimaksud dengan penularan
karena hubungan langsung kalau penularan melalui kulit yang terjadinya sebagai
akibat persentuhan. Yang dimaksud dengan penularan karena hubungan tidak
langsung adalah penularan melalui kulit yang terjadinya dengan perantaraan
suatu benda mati (selendang, sapu tangan, dan lain-lain). Penyakit gudik
(kudis) penularannya mungkin secara langsung mungkin pula secara tidak
langsung. Kebiasaan untuk bertukar-tukaran pakaian adalah suatu kebiasaan yang
buruk. Tidur bersama-sama di satu tempat tidur dengan orang yang menderita
penyakit kulit pun dapat berakibatkan penularan penyakit-penyakit tersebut.
Penetrasi pada kulit. Hal ini dapat langsung oleh organisme itu sendiri.
Penetrasi pada kulit misalnya
cacing tambang, melalui gigitan vektor misalnya malaria atau melalui luka,
misalnya tetanus. Kulit: sentuhan dengan kulit, pakaian, handuk dsb. Penyakit
yang ditularkan lewat sentuhan (kontak langsung); kudis, panu, kusta,
framboesia (patek), tetanus.
4. Melalui Hubungan
Kelamin
Saluran kelamin: melalui
hubungan kelamin sesama jenis atau lain jenis. Penyakit yang ditularkan lewat
saluran kelamin: sipilis, keputihan, infeksi gonokokal, AIDS (acquired
Immune Deficiency Syndrome).
5. Melalui plasenta
Melalui plasenta ibu (transplasental);
dari ibu ke anak. Infeksi melalui plasenta. Yakni infeksi yang diperoleh
melalui plasenta dari ibu penderita penyakit pada waktu mengandung, misalnya
syphilis dan toxoplasmosis.
6. Melalui berbagai
jalur
Polio melalui mulut dan nafas.
Pengertian &
Peranan Epidemiologi
Pada mulanya epidemiologi
diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini berarti bahwa epidemiologi
hanya mempelajari penyakitpenyakit menular saja tetapi dalam perkembangan
selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit noninfeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang
penyebaran penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya. Mencakup juga
studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit
tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mmepelajari
tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi
penyakit tersebut.
Di dalam batasan epidemiologi
ini sekurang-kurangnya mencakup 3 elemen, yakni:
1. Mencakup semua penyakit.
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
noninfeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan
lalu lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di
negara-negara maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan
kesehatan.
2. Populasi. Apabila kedokteran
klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-penyakit individu,
maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi penyakit pada
populasi (masyarakat) atau kelompok.
3. Pendekatan ekologi. Frekuensi
dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan lingkungan
manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah yang
dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang dikaji dari
manusia dan total lingkungannya.
Penyebaran
Penyakit
Di dalam epidemiologi biasanya
timbul pertanyaan yang perlu direnungkan yakni:
1. Siapa (who),
siapakah yang menjadi sasaran penyebaran penyakit itu atau orang yang terkena
penyakit.
2. Di mana (where), di
mana penyebaran atau terjadinya penyakit.
3. Kapan (when), kapan
penyebaran atau terjadinya penyakit tersebut.
Jawaban-jawaban atau
pertanyaan-pertanyaan ini adalah merupakan faktor-faktor yang menentukan
terjadinya suatu penyakit. Dengan perkataan lain terjadinya atau penyebaran
suatu penyakit ditentukan oleh 3 faktor utama yakni orang, tempat dan waktu.
Kegunaan dan peranan epidemiologi, khususnya dalam konteks program Kesehatan
dan Keluarga Berencana adalah sebagai alat (tool) dan sebagai metode atau
pendekatan. Epidemiologi sebagai alat diartikan bahwa dalam melihat suatu masalah
KB-Kes selalu mempertanyakan siapa yang terkena masalah, di mana dan bagaimana
penyebaran masalah, serta kapan penyebaran masalah tersebut terjadi. Demikian
pula pendekatan pemecahan masalah tersebut selalu dikaitkan dengan masalah, di
mana atau dalam lingkungan bagaimana penyebaran masalah serta bilaman masalah
tersebut terjadi. Kegunaan lain dari epidemiologi khususnya dalam program
kesehatan adalah ukuran-ukuran epidemiologi seperti prevalensi, point of
prevalence dan sebagainya dapat digunakan dalam perhitungan-perhitungan :
prevalensi, kasus baru, case fatality rate dan sebagainya.
Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal. Anak diimunisasi, berarti diberikan vaksin untuk merangsang
timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksin
yang diberikan. Oleh karena itu, seseorang yang divaksinasi kebal terhadap
suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Kekebalan
terhadap suatu penyakit menular dapat digolongkan menjadi 2, yakni :
1. Kekebalan tidak spesifik (Non
Specific Resistance). Yang dimaksud dengan faktor-faktor non khusus adalah
pertahanan tubuh pada manusia yang secara alamiah dapat melindungi badan dari
suatu penyakit. Misalnya kulit, air mata, cairancairan khusus yang keluar dari
perut (usus), adanya refleksrefleks tertentu, misalnya batuk, bersin dan
sebagainya.
2. Kekebalan Spesifik (Specific
Resistance). Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari 2 sumber, yakni: (1)
Genetik, kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan
dengan ras (warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam
(negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivax. Contoh
lain, orang yang mempunyai hemoglobin S lebih resisten terhadap penyakit
plasmodium falciparum daripada orang yang mempunyai hemoglobin AA. (2)
Kekebalan yang Diperoleh (Acquired Immunity) yaitu kekebalan ini diperoleh dari
luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan. Kekebalan dapat bersifat aktif
dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat diperoleh setelah orang sembuh
dari penyakit tertentu.
Misalnya anak yang telah sembuh
dari penyakit campak, ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan aktif
juga dapat diperoleh melalui imunisasi yang berarti ke dalam tubuhnya dimasukkan
organisme patogen (bibit) penyakit. Kekebalan pasif diperoleh dari ibunya
melalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit
tertentu misalnya campak, malaria dan tetanus maka anaknya (bayi) akan
memperoleh kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertama.
Kekebalan pasif juga dapat diperoleh melalui serum antibodi dari manusia atau
binatang. Kekebalan pasif ini hanya bersifat sementara (dalam waktu pendek
saja).
Sumber :
Nurcahyo, Heru, 2008, Ilmu
Kesehatan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, h. 367 – 400.